Key Takeaways:
- Transformasi digital BPR tidak harus dimulai dari langkah besar. Memulai dari aplikasi layanan keuangan digital dapat menjadi cara aman, efisien, dan minim risiko;
- Manfaat utama pembuatan aplikasi layanan keuangan digital: biaya awal lebih rendah, risiko implementasi relatif kecil, fleksibel dan scalable, peluncuran cepat, meningkatkan kepuasan nasabah, dan meningkatkan kualitas pengelolaan data;
- Tips strategis merencanakan aplikasi layanan keuangan digital untuk BPR: identifikasi kebutuhan inti, pilih partner teknologi yang patuh regulasi, libatkan tim internal, bentuk satgas lintas-fungsi, uji coba skala kecil, dan bekerja sama dengan partner teknologi berpengalaman seperti MAMPU.
Bagi banyak eksekutif Bank Perkreditan Rakyat (BPR), digitalisasi layanan keuangan adalah langkah besar yang kompleks dan penuh risiko. Tuntutan regulasi hingga bayangan kegagalan membuat langkah pertama terasa begitu berat. Namun, perjalanan digitalisasi tidak harus dimulai dengan lompatan besar. Ada cara aman untuk mengawalinya, yaitu dengan menggunakan aplikasi layanan keuangan digital sederhana.
Apa Itu Aplikasi Layanan Keuangan Digital?
Aplikasi layanan keuangan digital adalah platform online yang memungkinkan lembaga finansial, seperti BPR atau koperasi, untuk menyediakan layanan transaksi, pengajuan kredit, deposito, dan fitur keuangan lain kepada nasabah melalui smartphone, tablet, atau laptop.
Meski begitu, aplikasi ini berbeda dari mobile banking milik bank pada umumnya. Mobile banking memiliki fitur yang lebih luas cakupannya, seperti manajemen keuangan pribadi, dan lain-lain. Sementara itu, aplikasi layanan keuangan digital BPR biasanya lebih berfokus secara spesifik pada kebutuhan nasabah BPR, misalnya melalui fitur pembayaran angsuran pinjaman atau pencairan dana.
Manfaat Memulai dari Aplikasi Layanan Keuangan Digital
Anda tidak perlu membangun ekosistem digital penuh yang butuh pengeluaran besar. Selain itu, aplikasi bisa dikembangkan sesuai perkembangan kebutuhan nasabah dan BPR, kemudian siap digunakan dalam hitungan minggu atau bulan.
Pada akhirnya, Anda pun dapat meningkatkan kepuasan nasabah dengan menyediakan layanan keuangan yang cepat dan tepat. Di sisi lain, analisis kebutuhan nasabah pun jadi lebih mudah karena ada akses real-time ke data transaksi dan perilaku nasabah di satu tempat terpadu.
Tips Merencanakan Aplikasi Layanan Keuangan Digital BPR
Agar BPR bisa merasakan seluruh manfaat di atas secara maksimal, Anda perlu merancang aplikasi layanan keuangan digital secara tepat. Untuk mewujudkannya, perhatikan tips berikut:
Identifikasi kebutuhan paling mendasar di BPR
Banyak digitalisasi layanan keuangan yang gagal karena solusi yang dibuat tidak mampu menjawab kebutuhan. Oleh sebab itu, dalam proses transformasi digital BPR, fokuslah pada kebutuhan inti terlebih dulu. Lakukan audit menyeluruh untuk memetakan proses atau area yang memakan paling banyak waktu dan biaya. Selain itu, Anda juga perlu survei internal dan nasabah untuk mengidentifikasi layanan yang paling dibutuhkan.
Pilih solusi yang sudah terbukti sesuai regulasi
Dalam mengembangkan aplikasi layanan keuangan digital BPR, pastikan tiap aspeknya mematuhi regulasi. Jadi, pilihlah vendor atau pihak ketiga yang punya track record di sektor BPR dan memahami aturan Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi. Jika perlu, tanyakan sertifikasi mereka, bukti uji keamanan (penetration test), hingga dokumentasi teknis.
Libatkan tim sejak awal
Hindari risiko ketidaksiapan transformasi digital dengan melibatkan tim internal BPR sejak awal tahap digitalisasi. Ajak staf dari berbagai divisi untuk brainstorming, memberi masukan, hingga ikut menguji aplikasi. Hal ini dapat menciptakan sense of belonging pada tim internal, sehingga mereka turut mendukung perubahan digital di BPR.
Membentuk satuan tugas (satgas) untuk membangun pemahaman
Pada pengembangan aplikasi layanan keuangan digital, satgas berfungsi sebagai “jembatan” antara berbagai divisi untuk mempermudah koordinasi. Sebaiknya, bentuklah satgas dengan anggota lintas-fungsi, seperti staf IT, operasional, hingga frontliner.
Tugas utama satgas dalam proses ini adalah mengawal timeline pengembangan aplikasi, memastikan fitur sesuai kebutuhan dan regulasi, mengumpulkan feedback pengguna, serta mengatur pelatihan. Tak kalah penting, satgas juga berperan sebagai pusat informasi untuk memastikan seluruh pihak mempunyai pemahaman yang sama tentang update proyek.
Uji coba skala kecil sebelum implementasi penuh
Setelah aplikasi selesai dibuat, sebaiknya jangan langsung implementasi penuh ke seluruh nasabah. Hal ini berisiko tinggi menimbulkan gangguan besar apabila ternyata ada masalah teknis. Mulailah dulu dengan pilot project pada 100-200 pengguna atau di satu cabang tertentu.
Selama masa pilot project, pantaulah kendala teknis yang muncul, fitur-fitur yang sering dipakai, serta respons pengguna terhadap aplikasi. Kemudian, gunakan informasi tersebut untuk menyempurnakan aplikasi sebelum peluncuran atau implementasi penuh.
Minta dukungan dari partner teknologi yang berpengalaman
Pemilihan partner sangat memengaruhi kesuksesan transformasi digital BPR, khususnya dalam pengembangan aplikasi. Maka dari itu, pilihlah partner yang tidak hanya mampu menyediakan teknologi tepat, tapi juga mengutamakan standar integritas tinggi seperti MAMPU. Terlebih, solusi digitalisasi dari MAMPU sudah disesuaikan dengan kebutuhan BPR masa kini. Solusi ini hadir dalam bentuk fitur-fitur seperti E-KYC untuk mempercepat verifikasi nasabah secara otomatis dan aman berdasarkan database terpercaya, pemantauan transaksi secara real-time, dan masih banyak lagi.
Memulai transformasi digital di BPR memang merupakan langkah besar. Pembuatan aplikasi layanan keuangan digital dapat menjadi langkah awal yang efektif. Agar implementasinya efektif, Anda bisa bekerja sama dengan partner teknologi yang berpengalaman seperti MAMPU. Untuk konsultasi dengan tim MAMPU, isi formulir di sini dan mulailah perjalanan digitalisasi BPR Anda!