Key Takeaways:
- Digitalisasi risk assessment membantu BPR menilai calon peminjam lebih cepat, akurat, dan konsisten.
- Sistem penilaian terstandarisasi, laporan digital, dan data scoring otomatis meningkatkan efisiensi kerja.
- e-KYC mempercepat verifikasi identitas dan memperkuat keamanan data serta kepatuhan regulasi.
- Dukungan pelatihan berkelanjutan memastikan karyawan mampu memanfaatkan teknologi secara optimal.
Masih banyak Bank Perekonomian Rakyat (BPR) yang melakukan risk assessment terhadap calon peminjam secara manual karena keterbatasan dana dan SDM. Padahal, proses ini sering kali memakan waktu lama karena melibatkan pengumpulan data yang tidak terstruktur, verifikasi dokumen fisik, hingga penilaian subjektif yang rawan kesalahan manusia. Akibatnya, keputusan pemberian kredit menjadi tidak konsisten dan berpotensi meningkatkan risiko gagal bayar.
Selain itu, proses manual juga membuat BPR sulit bersaing dengan lembaga keuangan digital yang mampu memberikan keputusan lebih cepat dan efisien. Namun, ada solusi yang dapat menghemat waktu dan meningkatkan akurasi penilaian risiko, yaitu dengan melakukan digitalisasi proses risk assessment. Bagaimana cara menerapkannya? Simak di sini!
1. Terapkan sistem penilaian yang terstandarisasi
Sebelum memulai digitalisasi risk assessment, sebaiknya Anda menerapkan sistem penilaian standar supaya setiap calon peminjam menjalani evaluasi dengan kriteria yang sama serta objektif. Idealnya, BPR perlu menganalisis rasio keuangan calon peminjam, histori kredit, kapasitas pembayaran, tujuan pinjaman, agunan yang disediakan, serta faktor eksternal seperti kondisi ekonomi sektor usaha.
Dengan standar penilaian yang jelas, proses analisis menjadi lebih transparan dan hasilnya dapat dibandingkan antarperiode atau antarpetugas. Digitalisasi memungkinkan BPR untuk memanfaatkan algoritma penilaian otomatis yang bekerja berdasarkan data aktual, sehingga hasilnya lebih konsisten dan minim bias.
2. Siapkan template laporan standar yang bisa langsung digunakan
Setelah menetapkan sistem penilaian yang seragam, siapkan template laporan risk assessment. Template ini berfungsi untuk menyederhanakan proses pembuatan laporan dan memastikan semua aspek penting sudah tercakup.
Berkat adanya digitalisasi, Anda bisa membuat laporan secara otomatis berdasarkan data yang telah diinput, tanpa perlu mengetik ulang atau menyalin dari dokumen lain. Hal ini akan menghemat waktu dan mengurangi risiko kesalahan dalam penyusunan laporan. Selain itu, template digital memudahkan pengarsipan dan pelacakan riwayat evaluasi risiko setiap nasabah.
3. Delegasikan tugas kepada karyawan yang tepat
Digitalisasi tidak akan berjalan optimal tanpa manajemen tugas yang efisien. Oleh karena itu, BPR perlu mendistribusikan tanggung jawab risk assessment kepada karyawan yang memiliki kompetensi dan pemahaman mendalam tentang analisis risiko.
Dengan bantuan sistem digital, proses delegasi dapat dilakukan secara otomatis sesuai beban kerja dan tingkat keahlian masing-masing karyawan. Misalnya, petugas junior dapat fokus pada verifikasi awal, sementara analis senior menangani kasus yang lebih kompleks. Sistem ini juga memungkinkan manajemen memantau progres setiap tahap risk assessment secara real-time.
4. Gunakan data scoring otomatis
Pemanfaatan data scoring otomatis menjadi kunci utama dalam meningkatkan efisiensi dan akurasi risk assessment. Sistem ini bekerja dengan mengolah data historis dan perilaku finansial calon peminjam untuk menghasilkan skor risiko secara cepat dan objektif. Dengan teknologi seperti ini, BPR tidak perlu lagi mengandalkan penilaian manual yang rawan bias dan lambat.
MAMPU dapat membantu BPR mengembangkan sistem loan management dengan fitur credit decisioning tools canggih yang berbasis data terkini dan akurat. Fitur ini dapat memberikan rekomendasi keputusan kredit secara otomatis, serta dilengkapi dengan blacklist management untuk mengidentifikasi calon peminjam berisiko tinggi. Hasilnya, Anda bisa menekan risiko fraud dan meningkatkan produktivitas tim.
5. Pertimbangkan sistem e-KYC untuk risk assessment
Dengan sistem electronic Know Your Customer (e-KYC), BPR dapat melakukan verifikasi identitas secara digital tanpa perlu bertemu tatap muka. Calon debitur cukup mengunggah dokumen seperti KTP, NPWP, dan slip gaji melalui aplikasi layanan keuangan digital. Proses ini mempercepat pengumpulan data dan meminimalkan risiko dokumen palsu. Selain itu, e-KYC membantu memastikan kepatuhan terhadap regulasi Anti Pencucian Uang (APU) dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (PPT).
MAMPU menyediakan solusi loan management system dengan fitur digital KYC yang mudah digunakan dan dapat diintegrasikan dengan aplikasi layanan keuangan digital sederhana. Dengan demikian, BPR bisa melakukan risk assessment lebih cepat, aman, dan efisien tanpa mengorbankan akurasi.
6. Lakukan pelatihan berkelanjutan untuk karyawan
Teknologi tidak akan memberikan manfaat maksimal tanpa dukungan sumber daya manusia yang terlatih. Dengan kata lain, karyawan BPR perlu memahami cara menggunakan sistem baru, membaca hasil analisis otomatis, dan menafsirkan skor risiko dengan tepat. Untuk mencapainya, adakan pelatihan secara berkala, misalnya beberapa minggu atau bulan sekali. Sebab, pelatihan juga akan membantu meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya keamanan data dan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku.
Digitalisasi risk assessment merupakan kunci untuk menghemat waktu penilaian kelayakan calon peminjam di BPR, serta meningkatkan akurasi analisis. Namun, kabar gembiranya, Anda tidak perlu melakukan semua tahapan di atas sendirian, terutama untuk penerapan sistem e-KYC dan data scoring otomatis. MAMPU siap membantu Anda, jadi jangan ragu-ragu berkonsultasi secara gratis dengan mengisi formulir ini!
